8 CARA MENGATASI MASALAH RUMAH TANGGA
Kolose 3:18,19 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
I Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
The complet marriage by nancy van pelt.

[AkhirZaman.Org]
Konflik dalam rumah tangga tidak terhindarkan. Para suami dan istri
melihat bebagai hal secara berbedah, dan pernikahan akan sangat
membosankan kalau tidak seperti itu. Tetapi dari perbedaan-perbedaan itu
bisa muncul ketidak cocokan, dan dari ketodak cocokan itu timbul
konflik yang bisa mengakibatkan rasa frustasi dan amarah yang memuncak.
Apabila pasangan suami-istri memandang
konflik engan rasa cemas, seolah-olah itu akan mengancam hubungan
mereka. Konsep yang salah ini menyebabkan sebagian orang berusaha
menghindari konflik dengan tidak mengakui kalau konflik itu ada, dan
melarikan diri dari knflik, atau dengan terpaksa memendam
perasaan-perasaan itu. Bahkan, kadang-kadang berkembang jadi serius
apabila masalah-masalah yang ada itu disimpan rapat-rapat dan tidak
dikeluarkan. Bebebrapa aturan sederhana dapat membawah pemecahan masalah
secara konstruktif.
1. Pilihlah waktu dan tempat yang baik
Paling bagus kalau menyelesaikan konflik
waktu masih hangat, tetapi jika salah satu dari anda masih marah atau
tidak rasional, tunda dulu pembicaraan. Tetapi jangan menunda terlalu
lama. Dan kalau pasangan anda tidak mengungkit-mengungkit lagi masalah
itu barulah anda mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut.
Bila membicarakan hal-hal yang penting jangan biarkan ada gangguan yang
tidak perlu. Mungkin telepon dimatikan atau sepakat untuk tidak
menghiraukan kalau ada orang lain yang memencet bel pintu. Kalau masalah
ini tidak terkait dengan anak-anak, katakana bahwa anda berdua hendak
membahas hal yang penting dan minta mereka agar tidak mengganggu. Jika
anda berdua mampu menyelesaikan masalah itu dengan baik, tidak ada
salahnya jika anak-anak ikut dengar dan memperhatikan, anggaplah sedang
member contoh kepada mereka bagaimana menyelesaikan ketidak cocokan
secara sehat.
Usahakan tidak membahas masalah-masalah
yang berat setelah larut malam. Keputusan yang dibuat terlalu malam
ketika secara jasmani, pikiran dan jiwa sudah kelelahan cenderung
menjadi keputusan yang emosional. Lebih baik menyimpan pembahasan sampai
besok setelah anda beristirahat dengan cukup dan bangun lebih wal.
Banyak keluarga yang teratur menyisihkan
waktu tertentu setiap pekan sebagai “malam pergumulan.” Ini
menghilangkan percakapan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dan
pada waktu-waktu yang tidak tepat supaya masalah-masalah bisa
didiskusikan sebelum masalah berlarut-larut.
2. Katakana secara terus terang
Ungkapkan perasaan anda secara terbuka
dan terhormat melalui penggunaan pesan keakuaian secara efektif.
Bicarakanlah secara langsung, jelas, tenang dan tanpa amarah. Sebutkan
alasan-alasannya mengapa anda membela pendapat anda. Jelaskan bagaimana
anda pikir masalah ini dapat dipecahkan dan apa resikonya. Berbicaralah
dengan tenang dan sikap yang terkendali, turunkan nada suara, jangan
dengan nada yang tinggi.
3. Tetap pada pokok masalah
Pusatkan pada satu masalah sampai
tuntas. Semakin banyak masalah yang dimunculkan pada suatu saat, semakin
kecil kemungkinannya untuk dituntaskan. Tetapkan bahwa masalah lain
tidak boleh dibahas sebelum satu masalah dipecahkan. Kalau perlu tulis
pada secari kertas “agenda pembahasan brikut” dan jangan
campuraduk dengan masalah lain. Hindari perdebatan untuk masalah-masalah
yang sudah lama lewat. Sepakatilah kalau tuduhan sudah lewat 6 bulan
tuduhannya tidak bisa lagi diterima.
4. Tunjukkan rasa hormat
Anda bisa saja tidak setuju dengan
pendapat pasangan anda. Mungkin juga anda ditentang dengan keras. Tetapi
anda tetap dapat menghargai haknya mempertahankan haknya. Berikut
adalah hal-hal yang anda tidak boleh lakukan :
- Jangan memanggilnya dengan sesuatu sebutan.
- Jangan mengancam akan menceraikannya.
- Jangan menyinggung soal saudara-saudara atau keluarganya.
- Jangan merendahkannya soal penampilan atau kecerdasannya.
- Jangan melakukan kekerasan fisik.
- Jangan memaki.
- Jangan menyela.
Kata-kata yang terlontar dalam keadaan
marah tidak dapat ditarik kembali. Tidak ada yang bisa menghapus akibat
dari ancaman atau ucapan-ucapan kasar karena amarah. Berbicara dan
mendengarkan dengan rasa hormat.
5. Catat jalan keluar.
Apabila perasaan telah diutarakan secara
terbuka dan konstruktif anda akan mengerti masalahnya dan mencari
alternative yang rasional. Bahaslah setiap kemungkinan jalan keluar
sekalipun kelihatannya seperti mustahil, tetapi jangan mengira-ngira hal
itu sekarang.
6. Evaluasi pemecahannya.
Begitu semua informasi telah dikemukakan
anda berdua bisa melakukan pilihan yang baik mengenai tindakan apa yang
dianggap paling tepat. Cermati lagi catatan anda dan bertukar pandangan
mengenai akibat-akibatnya sementara anda mengevaluasi setiap pemecahan.
7. Pilih jalan keluar yang paling bisa diterima.
Bersikap tegas pada diri sendiri untuk
memilih jalan keluar yang paling memenuhi kebutuhan anda berdua atau
kebutuhan pihak yang saling tersakiti. Pilihan ini mungkin memerlukan
langkah negosiasi dan kompromi yang baik. Jangan bertujuan untuk menang,
sebab kalau ada yang menang pasti ada yang kalah, dan tidak ada yang
mau kalah.
Jalan keluar yang dicapai dengan cara
salah satu mengalah, mengenai kompromi, atau salah satu memberikan
kesempatan pada yang lain lebih dulu daripada sekedar mengalah.
Perhatikan agar jangan sampai satu pihak yang selalu mengalah.
Sebagaimana bertengkat perlu dua orang, begitu juga perlu dua orang
berdamai. Mengalah ditengah konflik membutuhkan kematangan nyata, oleh
sebab hal itu berarti anda mengakui bahwa pendapat anda salah dan
sekarang anda mau berubah pikiran
8. Laksanakan keputusan.
Tentukan siapa melakukan apa, dimana,
dan kapan. Begitu anda mencapai suatu keputusan ingatlah dua orang
seringkali memandang persetujuan itu dengan perasaan berbeda. Bila itu
terjadi lebih baik kesepakatan itu ditungkan dalam catatan dan kalau
perlu masing-masing menandatanganinya. Teknik ini efektif bagi anak-anak
juga, terutama para remaja.
Sebuah kesepakatan yang bersahabat dapat
menyelesaikan konflik. Acapkali bila salah satu mengalah yang lain akan
merasa kesal dan memperlihatkan sikap yang tidak menyenangkan sepanjang
hari—tidak mau bicara, kurang tidur, dan mengulangi pertengkaran
keesokan harinya. Salah satu pasangan bisa begitu keras kepala.
Masing-masing merasa puas untuk kepentingannya sendiri. Tapi apakah soal
siapa yang salah dan siapa yang benar itu penting? Pasangan yang paling
peduli harus sanggup menyelesaikan persoalan berdasarkan seberapa
penting masing-masing menilai kebutuhannya pada saat itu. Pemecahan
dapat dicapai dengan lebih mudah bila masing-masing pihak mau melihat
masalah itu dari sudut pandang pihak lain.
Pada intinya libatkan Kristus dalam rumah tangga masing-masing dan saling menghargai.
Kolose 3:18,19 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
I Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
The complet marriage by nancy van pelt.
comments
Artikel Lainnya
Data Kunjungan
007469878
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Semua
4849
10083
38197
67894
252448
7033866
7469878
IP Anda: 198.41.232.95
Tanggal: 2015-02-25 14:42:22
Online Saat Ini
We have 103 guests and no members online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar